Jumat, 14 Desember 2012


Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus (DM) atau lebih dikenal dengan penyakit kencing manis berasal dari bahasa Yunani yaitu diabainein yang berarti pancuran air dan mellitus yang berariti rasa manis (Maia dan Campos 2005). Diabetes mellitus merupakan penyakit akibat gangguan metabolisme yang kronik, dengan jumalah penderita sekitar 170 juta jiwa penduduk dunia dan diperkirakan akan meningkat hingga sekitar 330 juta jiwa pada tahun 2030 (Ginter dan Simko 2010). Penyakit ini dicirikan oleh ketidaknormalan metabolisme gula, lipid, dan protein, yang berakibat bukan saja terjadinya efek hiperglikemia, tetapi juga disertai dengan berbagai komplikasi, seperti hiperlipidemia, hiperinsulinemia, hipertensi, dan arterosklerosis.
Penderita DM umumnya tidak menunjukkan gejala yang signifikan sehingga penyakit DM sulit didiagnosisi pada tahap awal. Beberapa gejala yang umum adalah polidipsi, poliuri, dan polifagi. Poliuri atau sering berkemih terjadi karena ginjal sering mensekresikan air dalam jumlah banyak untuk mngencerkan glukosa. Untuk mengimbangi banyaknya air yang keluar, maka penderita akan merasa sering kehausan (polidipsi). Polifagi atau sering merasa lapar terjadi karena tubuh kehilangan banyak kalori yang terbuang akibat sering berkemih. Tingginya nafsu makan terjadi untuk mengembalikan kalori yang hilang selama berkemih (Soegondo 2006). Namun, ciri-ciri tersebut tidak dapat digunakan untuk acuan diagnosis DM. Cara yang paling baik untuk mendiagnosis adanya penyakit DM adalah dengan pengukuran kadar gula dalam darah. Kriteria yang dapat duginakan untuk mendiagnosis penyakit DM dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Diagnosis penyakit DM berdasarkan kadar gula dalam darah

Kadar gula dalam darah (mg/Dl)
normal
Pra DM
DM
Puasa
< 110
110-125
≥ 126
Tidak puasa
<110
110-199
≥ 200
            Berdasarkan sekresi insulin, penyakit DM terbagi ke dalam dua jenis, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. Insulin merupakan salah satu hormon di dalam tubuh manusia yang dihasilkan oleh sel β pulau langerhans yang berada di dalam kelenjar pankreas. Insulin merupakan protein regulator yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal, karena insulin berfungsi dalam mengatur metabolisme glukosa menjadi energi, serta mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang disimpan di dalam hati dan otot.
            DM tipe 1 sering disebut dengan  IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) atau DM yang bergantung pada insulin. DM tipe 1 terjadi karena rusaknya sel-sel β penghasil insulin dalam pankreas. Sel-sel β tersebut rusak akibat terjadi kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel β pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh. Penyebab lain dari rusaknya sel-sel β pankreas adalah karena proses oksidasi yang menyebabkan sel-sel β mengalami apoptosis. Akibat rusaknya sel-sel β pankreas maka insulin yang dihasilkan sanga sedikit, sehingga tidak dapat bekerja secara optimal.
            DM tipe 2 sering disebut dengan NDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) atau DM yang tidak bergantung pada insulin. DM tipe 2 terjadi karena tubuh tidak merespon adanya insulin, sehingga tubuh selalu merasakan adanya kekurangan glukosa (Ouweland 1992). Tidak adanya respon tubuh terhadap insulin terjadi karena resistensi insulin yang disertai defisiensi insulin relatif hingga defek sekresi insulin yang disertai resistensi insulin. Selama ini, banyak yang menganggap bahwa DM tipe 2 hanya diderita oleh merka yang berusia lanjut, padahal kini terbukti bahwa DM tipe 2 dapat menyerang remaja, bahkan anak-anak.
            Penatalaksanaan diet DM hendaknya disertai dengan latihan jasmani dan perubahan perilaku tentang makanan. Tujuan diet penytakit diabetes mellitus adalah membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik, dengan cara antara lain:
1)    Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin (endogenous atau exogenous), dengan obat penurun glukosa oral dan aktivitas fisik.
2)    Mencapai dan mempertahankan kadar lipid serum  normal.
3)    Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal.
4)    Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek, dan jangka lama serta masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani.
5)    Meningktakan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
Bahan makanan yang dianjurkan untuk diet diabetes mellitus adalah sebagai berikut:
1)    Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi, dan sagu.
2)    Sumber protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu, dan kacang-kacangan.
3)    Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna. Makanan terutama diolah dengan cara dipanggang, dikukus, disetup, direbus, dan dibakar.
Bahan makanan yang tidak dianjurkan, dibatasi, atau dihindari untuk diet diabetes mellitus adalah yang:
1)    Mengandung banyak gula sederhana, seperti:
a.    Gula pasir, gula jawa.
b.    Sirup, jam, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis, minuman botol ringan, dan es krim.
c.    Kue-kue manis, dodol, cake, dan tarcis.
2)    Mengandung banyak lemak, seperti: cake, makanan siap saji (fast food), goreng-gorengan.
3)    Mengandung banyak natrium, sperti: ikan asin, telur asin, dan makanan yang diawetkan.

Daftar Pustaka
Takeo, T. 1992. Green and Semi-Fermented Teas. Di dalam : KC Willson &
MN Clifford, editor. Tea Cultivation to Consumption. London : Chapman &
Hall.
Sibuea, P. 2003. Minuman Teh dan Khasiatnya bagi Kesehatan.
www.sinarharapan.co.id (15 Februari 2007).
Maia, C. A. S. dan Campos C. A. H. 2005. Diabetes Mellitus as Etiological Factor of Hearing Loss. Rev Bras Otorrinolaringol 71, (2), 208-214.
Ginter dan Simko. 2010. Diabetes Type 2 Pandemic in 21 Century. Bratisl Lek Listy 111, (3), 134-137.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar