Diabetes
Mellitus
Diabetes mellitus (DM) atau lebih dikenal dengan
penyakit kencing manis berasal dari bahasa Yunani yaitu diabainein yang berarti pancuran air dan mellitus yang berariti rasa manis (Maia dan Campos 2005). Diabetes
mellitus merupakan penyakit akibat gangguan metabolisme yang kronik, dengan
jumalah penderita sekitar 170 juta jiwa penduduk dunia dan diperkirakan akan
meningkat hingga sekitar 330 juta jiwa pada tahun 2030 (Ginter dan Simko 2010).
Penyakit ini dicirikan oleh ketidaknormalan metabolisme gula, lipid, dan
protein, yang berakibat bukan saja terjadinya efek hiperglikemia, tetapi juga
disertai dengan berbagai komplikasi, seperti hiperlipidemia, hiperinsulinemia,
hipertensi, dan arterosklerosis.
Penderita DM umumnya tidak menunjukkan gejala
yang signifikan sehingga penyakit DM sulit didiagnosisi pada tahap awal.
Beberapa gejala yang umum adalah polidipsi, poliuri, dan polifagi. Poliuri atau
sering berkemih terjadi karena ginjal sering mensekresikan air dalam jumlah
banyak untuk mngencerkan glukosa. Untuk mengimbangi banyaknya air yang keluar,
maka penderita akan merasa sering kehausan (polidipsi). Polifagi atau sering
merasa lapar terjadi karena tubuh kehilangan banyak kalori yang terbuang akibat
sering berkemih. Tingginya nafsu makan terjadi untuk mengembalikan kalori yang
hilang selama berkemih (Soegondo 2006). Namun, ciri-ciri tersebut tidak dapat
digunakan untuk acuan diagnosis DM. Cara yang paling baik untuk mendiagnosis
adanya penyakit DM adalah dengan pengukuran kadar gula dalam darah. Kriteria
yang dapat duginakan untuk mendiagnosis penyakit DM dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Diagnosis penyakit DM berdasarkan kadar gula dalam darah
|
Kadar
gula dalam darah (mg/Dl)
|
||
normal
|
Pra
DM
|
DM
|
|
Puasa
|
<
110
|
110-125
|
≥
126
|
Tidak
puasa
|
<110
|
110-199
|
≥
200
|
Berdasarkan
sekresi insulin, penyakit DM terbagi ke dalam dua jenis, yaitu DM tipe 1 dan DM
tipe 2. Insulin merupakan salah satu hormon di dalam tubuh manusia yang
dihasilkan oleh sel β pulau langerhans yang berada di dalam kelenjar pankreas.
Insulin merupakan protein regulator yang bertanggung jawab dalam mempertahankan
kadar gula darah yang normal, karena insulin berfungsi dalam mengatur
metabolisme glukosa menjadi energi, serta mengubah kelebihan glukosa menjadi
glikogen yang disimpan di dalam hati dan otot.
DM
tipe 1 sering disebut dengan IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) atau
DM yang bergantung pada insulin. DM tipe 1 terjadi karena rusaknya sel-sel β
penghasil insulin dalam pankreas. Sel-sel β tersebut rusak akibat terjadi
kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel β pankreas. Reaksi
autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh. Penyebab
lain dari rusaknya sel-sel β pankreas adalah karena proses oksidasi yang
menyebabkan sel-sel β mengalami apoptosis. Akibat rusaknya sel-sel β pankreas
maka insulin yang dihasilkan sanga sedikit, sehingga tidak dapat bekerja secara
optimal.
DM
tipe 2 sering disebut dengan NDDM (Non
Insulin Dependent Diabetes Mellitus) atau DM yang tidak bergantung pada
insulin. DM tipe 2 terjadi karena tubuh tidak merespon adanya insulin, sehingga
tubuh selalu merasakan adanya kekurangan glukosa (Ouweland 1992). Tidak adanya
respon tubuh terhadap insulin terjadi karena resistensi insulin yang disertai
defisiensi insulin relatif hingga defek sekresi insulin yang disertai
resistensi insulin. Selama ini, banyak yang menganggap bahwa DM tipe 2 hanya
diderita oleh merka yang berusia lanjut, padahal kini terbukti bahwa DM tipe 2
dapat menyerang remaja, bahkan anak-anak.
Penatalaksanaan
diet DM hendaknya disertai dengan latihan jasmani dan perubahan perilaku
tentang makanan. Tujuan diet penytakit diabetes mellitus adalah membantu pasien
memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik
yang lebih baik, dengan cara antara lain:
1)
Mempertahankan
kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan menyeimbangkan asupan
makanan dengan insulin (endogenous atau exogenous), dengan obat penurun glukosa
oral dan aktivitas fisik.
2)
Mencapai
dan mempertahankan kadar lipid serum
normal.
3)
Memberi
cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal.
4)
Menghindari
atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan insulin seperti hipoglikemia,
komplikasi jangka pendek, dan jangka lama serta masalah yang berhubungan dengan
latihan jasmani.
5)
Meningktakan
derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
Bahan
makanan yang dianjurkan untuk diet diabetes mellitus adalah sebagai berikut:
1)
Sumber
karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi, dan
sagu.
2)
Sumber
protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu,
dan kacang-kacangan.
3)
Sumber
lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna. Makanan
terutama diolah dengan cara dipanggang, dikukus, disetup, direbus, dan dibakar.
Bahan makanan yang tidak dianjurkan,
dibatasi, atau dihindari untuk diet diabetes mellitus adalah yang:
1)
Mengandung
banyak gula sederhana, seperti:
a.
Gula
pasir, gula jawa.
b.
Sirup,
jam, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis, minuman
botol ringan, dan es krim.
c.
Kue-kue
manis, dodol, cake, dan tarcis.
2)
Mengandung
banyak lemak, seperti: cake, makanan siap saji (fast food), goreng-gorengan.
3)
Mengandung
banyak natrium, sperti: ikan asin, telur asin, dan makanan yang diawetkan.
Daftar
Pustaka
Takeo,
T. 1992. Green and Semi-Fermented Teas. Di dalam : KC Willson &
MN
Clifford, editor. Tea
Cultivation to Consumption. London : Chapman &
Hall.
Sibuea,
P. 2003. Minuman Teh dan Khasiatnya bagi Kesehatan.
www.sinarharapan.co.id (15 Februari 2007).
Maia, C. A. S. dan Campos C. A. H. 2005. Diabetes
Mellitus as Etiological Factor of Hearing Loss. Rev Bras Otorrinolaringol 71,
(2), 208-214.
Ginter dan Simko. 2010. Diabetes Type 2 Pandemic
in 21 Century. Bratisl Lek Listy 111, (3), 134-137.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar